Hadiani Nur. Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia Guru

Aksi Nyata - Modul 3.1

 

Aksi Nyata - Modul 3.1


Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP.

Pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Bapak/Ibu CGP akan mendapat kesempatan untuk mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP.
















Published: By: wikipediaguru.blogspot.com - Maret 21, 2023

Tugas 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai



Perkenalkan Saya adalah Hadiani Nur guru di SMP Negeri 1 Astambul. Setelah melalui tahapan-tahapan pembelajaran sebelumnya, saatnya penulis sebagai peserta pelatihan Calon Guru Penggerak Angkatan 6 menarik kesimpulan, merefleksi materi yang telah dipelajari baik pada modul  3.1. atau dengan materi pada modul sebelumnya. Dalam menarik kesimpulan tentang keterkaitan antar materi tersebut, penulis mendasarkan pada pertanyaan-pertanyaan penuntun yang sudah ada dalam LMS. Berikut ini menunjukkan hubungan antara materi yang saya buat.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Jawab:

Filosofi Pratap Triloka KHD yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Karena guru adalah penuntun yang tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Makna kata “Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid.

Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada budi pakerti, atau karakter yang merupakan perpaduan perasaan dan kehendak sehingga menimbulkan tenaga. Budi pakerti perpaduan antara (cipta, rasa, karsa dan ). Kesempurnaan budi pekerti membawa anak pada kebijaksanaan.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di kelas mendukung merdeka belajar siswa. Guru merupakan panutan dan teladan bagi siswa untuk mulai berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai universal, sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain serta bertanggung jawab. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memegang Pratap Triloka mengambil keputusan di sekolah, menempatkan kepentingan siswa sebagai hal yang utama sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Jawab:

Sebagai pemimpin pembelajaran atau kepala lembaga, Anda pasti menghadapi pengambilan keputusan setiap hari. Pengambilan keputusan tersebut melibatkan berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu, dan sama-sama benar namun bertentangan. Untuk itu nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita mempengaruhi prinsip yang kita ambil dalam mengambil keputusan.

Nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang guru adalah kebajikan, antara lain keadilan, tanggung jawab, kejujuran, syukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, ketekunan, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebaikan adalah hal utama yang perlu diajarkan kepada anak didik kita.

Sebagai Calon Guru Aktivis, tentunya ada beberapa nilai yang harus dijunjung tinggi seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada siswa. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada konflik kebajikan mendasar seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan menghargai kehidupan. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan paling tepat dengan risiko minimal, keputusan yang berpihak pada siswa.


3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?Apakah pengambilan keputusan itu telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan atas pengambilan keputusan tersebut? (Menjawab pertanyaan ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya).

Jawab:

Coaching merupakan keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi, baik masalah dalam diri guru maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah-langkah Coaching TIRTA, guru dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep Coaching TIRTA sangat ideal bila dipadukan dengan konsep 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang diambil oleh guru.
Bimbingan yang telah dilakukan oleh asisten praktik dan fasilitator telah membantu guru berlatih mengevaluasi keputusan yang telah dibuatnya. TIRTA merupakan model Coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting karena tujuan pembinaan adalah untuk mengembangkan potensi siswa menjadi lebih merdeka. 

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Jawab : Sebagai seorang guru kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar siswa di kelas agar dalam proses pembelajaran siswa mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan profil belajar masing-masing. Dibutuhkan keputusan yang tepat agar semua kepentingan siswa dapat terakomodasi dengan baik.
Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus dalam memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana sehingga dapat mencapai kemandirian belajar di kelas dan di sekolah.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Jawab: Penyelarasan dan pengutamaan kepentingan peserta didik dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi yang tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Guru yang dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang mampu membedakan masalah yang dihadapi, antara lain dilema etika atau persuasi moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan pada kasus-kasus yang menekankan pada masalah moral dan etika, secara sadar atau tidak akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya dan mempengaruhi dirinya sendiri dalam mengambil suatu keputusan.

Jika nilai yang dianut adalah nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggungjawabkan begitu juga sebaliknya. Jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan prinsip moral, agama dan norma, maka keputusan yang diambilnya cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai dengan harapan banyak pihak.

Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak mendorongnya untuk membuat keputusan tentang masalah moral atau etika yang tepat sasaran, tepat dan meminimalkan kesalahan dalam mengambil keputusan yang merugikan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat dalam kasus dilema etika atau persuasi moral harus didasarkan pada 9 langkah pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil dapat tepat. Dengan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan tersebut, pasti akan ada solusi bagi semua pihak sehingga tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

7. Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawab: Ya kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan kultur sekolah yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang terkadang memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau tidak tepat serta tidak berpihak pada siswa.

Kedua, tidak semua warga sekolah memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan keputusan bersama. Ketiga, keputusan diambil terkadang tanpa melibatkan guru sepenuhnya sehingga banyak kendala yang muncul dalam proses pengambilan keputusan.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang guru ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-muridnya?

Jawab : Tergantung keputusan yang diambil seperti apa, jika keputusan tersebut berpihak pada siswa dalam hal ini mengenai metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian dilakukan sesuai dengan keinginan siswa. membutuhkan, Sebaliknya, jika keputusan tersebut tidak berpihak kepada siswa, baik dari segi metode, media, penilaian dan sebagainya, maka merdeka belajar siswa sulit untuk diwujudkan dan tentunya siswa tidak akan dapat berkembang sesuai dengan potensi dan fitrahnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Jawaban: Jika guru sebagai pemimpin pembelajaran membuat keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada siswa, maka siswanya pasti akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan masa depannya sendiri. Mereka akan tumbuh menjadi individu yang matang, penuh pertimbangan dan berhati-hati dalam mengambil keputusan penting untuk hidup dan pekerjaannya.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Jawab: Kesimpulan yang diambil dari pembelajaran modul ini dalam kaitannya dengan modul sebelumnya adalah:

Pengambilan keputusan merupakan kompetensi atau keterampilan yang harus dimiliki guru dan harus dilandasi oleh filosofi Ki Hajar Dewantara yang diasosiasikan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh budaya yang positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan membawa pada lingkungan (well being) yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dalam mengambil keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) agar dapat mengarahkan siswanya menuju profil siswa yang pancasila.

Dalam perjalanan menuju profil mahasiswa pancasila banyak dijumpai dilema etika dan persuasi moral, sehingga diperlukan pedoman pengambilan keputusan dan pengujian 9 langkah untuk memutuskan dan menyelesaikan suatu masalah agar keputusan berpihak pada mahasiswa untuk masa depan. masa depan. realisasi belajar mandiri.


Published: By: wikipediaguru.blogspot.com - Februari 16, 2023